Sunday, September 8, 2013

Optimis Positif

OPTIMISME DALAM PERSPEKTIF SUFISTIK

by. smk1pulau maya
*admin
Keberhasilan menyelesaikan kegiatan ditentukan optimisme positif dalam meraih tujuan yang ditetapkan. Jika seseorang memiliki sikap dan berpikir  optimis, maka ia akan percaya diri melaksanakan kegiatannya, cenderung lebih bahagia dalam kegiatan, namun orang yang berpikir dan bersikap pesimis akan tidak percaya diri dan cendung terpaksa dan menderita malaksanakan suatu kegiatan. Urgensi optimime tidak diragukan lagi untuk mensukseskan suatu kegiatan, lalu pakah hakikat optimisme, secara panjang lebar dikupas pada uraian berikut.
A.   Pengertian Optimisme
Sikap optimis disebut juga dengan optimisme. Kata optimisme berasal dari bahasa latin yaitu “optimal” yang berarti”terbaik”. Menjadi Optimis secara leksikal berarti mengharapkan hasil terbaik dari situasi tertentu (Shapiro, 2001:14). Optimisme adalah kebiasaan berpikir positif, atau seperti yang didefinisikan oleh Random House Dictionary dalam Shapiro “kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari sisi dan kondisi  baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan”. Sebagai perbandingan pada Kamus Inggris Oxford dalam Harlina dikemukakan optimisme yaitu memiliki harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu, atau kecenderungan untuk mengambil pandangan yang positif atau penuh harapan.
Pengertian optimisme di atas menunjukkan bahwa optimisme merupakan kebiasaan berpikir positif, kecenderungan untuk melihat semua hal dari sisi baik, dan selalu memiliki harapan baik, memuaskan, dan menyenangkan dalam segala hal. Dengan kata lain optimisme adalah paradigma berpikir positif. Orang yang optimis adalah orang yang memiliki ekspektasi yang baik dalam semua sisi dan kondisi sesulit apapun sistuasi dan kondisi tersebut, orang optimis yakin ada sukses dalam semua kesempatan.
Terminologi optimisme di atas memperlihatkan beberapa kecenderungan mengenai orang optimis dan orang yang pesimis ketika berhadapan dengan sebuah tantangan. Orang optimis lebih percaya diri dan persisten, meskipun kemajuannya sulit dan lambat. Orang pesimis lebih ragu-ragu dan tidak percaya diri. Perbedaan ini akan terlihat ketika menghadapi kesulitan, orang optimis percaya bahwa kesulitan dapat ditangani dengan berhasil, sementara orang pesimis menganggap kesulitan sebagai bencana. Hal ini dapat mengarahkan pada perbedaan tingkah laku yang berhubungan dengan penyelesaian tugas.
Selain respon perilaku individu juga mengalami pengalaman emosi pada kejadian dalam kehidupan. Kesulitan-kesulitan merangsang beberapa perasaan, yang merefleksikan  distress maupun tantangan. Keseimbangan antara perasan-perasaan tersebut berbeda  antara orang yang optimis dengan orang yang pesimis, karena orang yang optimis mengharapkan hasil yang lebih baik, mereka cenderung mengalami perpaduan emosi yang lebih positif, sedangkan orang yang pesimis membayangkan hasil terburuk, mereka mengalami perasaan-perasaan yang negatif, seperti kesedihan, kecemasan, ketakutan, dan keputusaasaan (Scheier, 2007.
Berdasarkan beberapa konsep optimisme di atas, dapat dipahami bahwa  optimisme merupakan  kecenderungan individu untuk memiliki ekpekstasi positif secara menyeluruh meskipun individu mengalami kesulitan, kemalangan dalam kehidupan. Pikiran optimis yang muncul dalam diri yang ditunjukkan individu dengan sikap selalu memiliki harapan baik, kecenderungan untuk memperoleh hasil terbaik  dalam suatu proseskegiatan.
Optimisme menurut perspektif sufistik adalah  suatu harapan dalam Bahasa Arab disebut dengan roja’ sebagai tingkatan ahli thariqah dan tasawuf. Raja’ diartikan oleh Imam Al-Ghazali “sebagai kesenangan hati untuk menantikan apa yang disukai”(dalam Asy Syafiq,1995:1). Pengertian optimis yang disinonimkan dengan harapan ini mengacu kapada kesenangan hati untuk menunggu sesuatu yang disukai, yang disukai tersebut harus ada penyebabnya, bila penantian untuk menghasilkan sebagian besar dari sebab hal tersebut, maka itu yang dinamakan raja’, namun jika tidak d demikian, maka leih tepat dikatakan sebagai ketololan atau lamunan, sehingga terjadi suatu penantian tanpa sebab atau tidak tergolong haran.
 Harapan yang sesungguhnya menurut pandangan Al-Ghazali adalah “jika seorang hamba menaburkan benih iman, lalu menyiramnya dengan air ibadah, membersihkan hati  dari duri akhlak  yang jelek, kemudian ia menanti anugerah dari Allah Swt untuk menetapkan padanya keadaan  tersebut hingga ajal menjelang dan membawa iman”(Asy Syafiq, 1995:3). Artinya optimisme dalam kegiatan merupakan suatu keadaan yang merupakan buah dari ilmu disertai melaksanakan usaha, membuahkan kesungguhan untuk berusaha melakukan usaha yang lain.
Beberapa ahli sufi mendefinisikan optimis dengan rumusan beragam, misalnya Ibnu Qudamah al-Muqadasi mengartikan raja sebagai “sesuatu yang terlintas di dalam hati yang merupakan harapan pada masa yang akan datang. Rasa lapang dada karena menantikan yang diharapkan di mana hal yang diharapkan itu memang mungkin terjadi”. Lain lagi yang dikemukakan oleh Imam Qusyairi bahwa raja merupakan terpikat hati kepada sesuatu yang diharapkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Pengertian optimis (raja)  di atas menggambarkan bahwa optimis mencakup komponen sikap, doktrin, keyakinan individu terhadap segala hal yang dilalui dan akan dilalui di masa datang. Optimis beranjak dari hati, pikiran, dan diaplikasikan dengan perbuatan yang tampak sebagai karakteristik orang optimis.
       Jadi, optimisme tidak bermanfaat sebagai tempat bergantung, namun merupakan suatu metode untuk mengeluarkan energi positif perjuangan, sehingga individu dapat mengatasi masalah secara positif sepositif  harapan yang ada

B.  Ciri-ciri Optimisme
Sekilas telah disinggung sebelumnya karakteristik individu optimis dan pesimis dalam rumusan definis optimisme. Mennurut Ginnis (dalam Shofia F, 2009) orang optimis memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut: 1) jarang terkejut oleh kesulitan; 2) mencari pemecahan sebagian permasalahan; 3) merasa yakin bahwa ia mampu mengendalikan masa depan mereka; 5) memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur; 6) menghentikan pemikiran yang negatif; 7) meningkatkan kekuatan ekspekstasi; 8) menggunakan imajinasi untuk maraih sukses; 9) selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia; 10) merasa yakin dengan kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur; 11) suka bertukar berita baik; 12) membina cinta dalam kehidupan; dan 13) menerima  apa yang tidak bisa diubah.
Sebanyak 13 karakteristik orang yang memiliki sikap optimis di atas menggambarkan bahwa optimisme begitu dahsyat pengaruhnya terhadap pola pikir, perasaan dan perilaku individu meraih sukses. Selanjutnya Alwisol (2004: 116) mengemukakan enam ciri-ciri orang optimis, yaitu: 1) memiliki visi pribadi; 2) bertindak kongkrit; 3) berpikir realistik; 4) menjalin hubungan sosial; 5)  berpikir positif dan proaktif, dan 6) berani melakukan trial and error.Karakteristik orang optimis ini akan menyikapi kegagalan sebagai hal yang wajar bahkan tertantang dan menganggap kegagalan sebagai pemicu untuk bangkit, mencoba lagi tanpa rasa bosan sampai meraih keberhasilan.
Berdasarkan ciri-ciri orang optimis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang optimis memiliki cara berpikir yang rasional dengan adanya kemampuan untuk meningkatkan ekspektasi, berimajiasi untuk sukses, menghentikan pikiran negatif. Kemudian juga memiliki perasaan positif yang ditunjukkan dengan perasan jarang terkejut oleh kesulitan, merasa yakin bahwa mereka mampu mengendalikan masa depan, merasa yakin dengan kemampuan, selalu gembira dalam kondisi sulit, suka dengan berita baik, mampu membina cinta, dan menerima apa yang tidak bisa diubah. Di samping itu orang optimis juga dapat dilihat dari perilaku mereka yang  selalu berusaha mencari solusi dari permasalahan yang dialaminya, selalu bertindak kongkrit, dan berani berbuat meskipun salah.
C.  Manfaat Optimisme
Sikap optimis memberikan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan. Banyak keutungan yang diperoleh dari sikap optimis, seperti Mc  Clelland dalam Victor Frankl (2008:211) mengatakan bahwa orang optimis memiliki kesehatan lebih baik, menggunakan waktu lebih bersemangat dan berenergi, berusaha keras mencapai tujuan, lebih berprestasi dalam potensinya, melaksanakan sesuatu lebih baik.
Optimis menurut Ahmad Farid (2007:171) memiliki tiga bagian, yaitu sebagai: 1) energi positif (dorongan); 2) perlawanan; dan 3) sistem pendukung. Sebagai energi positif maksudnya optimisme dibutuhkan untuk kekuatan diri individu untuk mau berusaha dan terdorong untuk bekerja demik kehidupan esok hari yang bahagia atau sukses. Perlawanan maksudnya individu optimis melakukan perlawanan untuk menyatasi masalah, rintangan, tidak gampang menyerah, dan berjuang sekuat tenaga. Terakhir sistem pendukung artinya individu optimis menginginkan keberhasilan, punya kemauan untuk berhasil, lalu berpikir berhasil, punya punya sikap yang diperlukan untuk berhasil, dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil
Selanjutnya Seligman dalam Shapiro (2001:101) mengemukakan bahwa “lebih dari 1000 penelitian yang melibatkan lebih dari setengah juta anak-anak dan orang dewasa –orang optimis jarang menderita depresi, lebih sukses di sekolah dan pekerjaan, dan yang mengejutkan  juga mempunyai tubuh lebih sehat dari pada orang pesimis. Lebih lanjut Shapiro menambahkan bahwa  seorang anak tidak dilahirkan dengan bakat bersikap optimis, namun optimisme merupakan keterampilan EQ yang dapat dipelajari.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Acmad Sunarto (1995:7) amal berdasarkan optimis lebih utama, karena ada cinta mengandung optimisme. Terkait dengan bidang akademik mahasiswa yang akan atau sedang menjalani proses bimbingan skripsi, optimisme mampu meningkatkan daya juang mencari bahan atau di lapangan, kebiasaan belajar yang positif, kebal terhadap kriktik dan masukan dosen pembimbing, serta dapat mengurangi stres ketika dimarahi dosen pembimbing, lebih percaya diri mengemukakan argumentasi pengetahuan kepada dosen, membuat mahasiswa lebih dapat menyesuaikan diri dengan kritikan yang konstruktif dari dosen, teman sesama mahasiswa, dan lebih mampu menikmati usaha penyelesaian skripsi yang dibuat, dan lebih tenang dan bahagia ketika menghadapi kesulitan. Lebih lanjut Goleman (2002:43) mengatakan bahwa optimisme dalam jangka panjang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kesehatan fisik dan mental, karena membuat individu lebih dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, mengurangi masalah psikologis dan lebih dapat menikmati kepuasan hidup dan merasa lebih bahagia.
Di samping itu, dengan adanya optimisme akan membuat mahasiswa lebih sukses di perguruan tinggi, baik ketika menjalani kuliah, membuat tugas, meyelesaikan skripsi, maupun dalam mengatasi berbagai masalah, rintangan dan resiko dalam penyelesaian skripsi, bahkan sikap ini tidak saja diperlukan oleh mahasiswa saja, tetapi diperlukan semua orang untuk meraih sukses dalam seluruh sisi kehidupan, baik siswa di sekolah, mahasiswa di perguruan tinggi, pekerja, karyawan di kantor, maupun bidang usaha kecil sekalipun. Sikap ini lebih memberikan kesiapan diri setiap orang dalam menyesuaikan diri di bidang sosial, belajar, karir dan pekerjaan, kehidupan bekeluarga, dan kehidupan beragama.
D.  Faktor yang Mempengaruhi Optimisme
Kuat lemahnya optimisme tidak terlepas dari karakter kepribadian seseorang. Individu optimis lebih percaya diri, nyaman, ekspresif dan mampu memandang dunia lebih positif. Ada beberapa hal yang mempengaruhi cara berpikir dan perasaan optimis dalam diri sesorang. Vinacle dalam Frankl (2008: 113) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pola pikir pesimis-optimis, yaitu: 1) faktor etnosentris, dan 2) faktor egosentris .
Faktor etnosentris adalah sifat-sifat yang dimiliki  oleh sekelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari kelompok, faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama, dan kebudayaan.  Selanjutnnya faktor egosentris adalah sifat-sifat yang dimiliki setiap individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain. Faktor egosentris ini berupa aspek-aspek kepribadian.

No comments:

Post a Comment

terimakasih atas tanggapan dan masukan anda ^^ salam
admin ** SMK BISA!!! :)

Sosiialisasi KPU tentang program pendidikan Pemilih Pemula

kegiatan sosialisasi dari KPU di SMK Negeri 1 Pulau Maya Pemilu di Indoneisa merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan menjadi sar...